Senin, 10 Juni 2013

The Deepest of Heart

"Ketika itu aku masih berjalan. Berjalan kemana angin akan membawaku. Angin yang tak kunjung reda. Kenapa ia tak mereda, sedangkan aku lelah harus terus berjalan? Aku bukanlah hamba yang selalu kuat untuk berjalan. Lebih baik ku dalam diam, kesendirian yang akan selalu menyerang. Aku menyadari bahwasanya mendung selalu dipundakku. Mendung yang selalu berwarna hitam. Semua yang bermendung pastilah kesedihan. Untuk pertama kalinya, aku tak mengerti akan arti hidup. Inilah hidup dengan segenggam cobaan dan malapetaka lain didalamnya. Cinta yang tak habis bahasannya dan tak pula aku mengerti adanya. Dia datang dan pergi dengan sesuka hati, tanpa melihat kondisi, keadaan, waktu, tempat, dan kepada siapa. Dengan senang hati aku sedia kala terbuka menerimanya. Namun yang jadi pertanyaannya, "Kenapa aku tak pernah ada ketika cinta itu ada?" Banyak gang yang telah aku lewati. Lega dan sesak telah aku arungi. Berbagai macam ragam telah aku sambangi. Namun aku masih tak dihargai. Ketika cinta datang dalam lembayu angin kencang namun membawa kabut tebal. Dan bodohnya, aku masih diam. Masih menerima dan terdiam olehnya, hingga asa dan rasa ini aku sendiri tak mengerti, bahkan entah sampai kapan harus aku mengerti."

 ---bersambung---
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar