"How can I love when I'm afraid to fall?"
Setiap langkah tak mungkin aku hitung satu persatu hingga jari dan mataku lelah melihat jejak yang mulai berteriak histeris untuk berkata "jangan tinggalkan aku", sedangkan ia memang harus benar-benar untuk ditinggalkan. Aku, masih terpaku diam menatap langit yang biru menyeruak di penglihatanku. Aku yang berharap akan sebuah kenyataan pada khayalan ku sendiri. Dimana disana aku bermimpi hidup bahagia selama-lamanya dengan pujangga impianku, meski aku harus tersadar kalau mimpi itu sebuah bayangan yang tak bertuan. "Mencintai", kata yang memiliki banyak perbedaan dengan kata "dicintai." Berbicara soal hidup, mimpi dan cinta itu takkan ada habisnya. Hidup bukanlah seperti apa yang kita lihat, kita dengar dan kita rasakan. Namun hidup itu adalah keadaan dimana kita harus berjuang dan bertanggung jawab. Berjuang untuk kelangsungannya dan bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan, perbuat, dan yang kita pertahankan.
Cinta, kata yang sedikit runyam untuk dibahas kepermukaan. Pada dasarnya kata ini mempunyai dua makna yaitu "bahagia" dan "kesengsaraan". Semua tergantung kita. Kita hidup untuk memilih, karna kita tau hidup itu bukanlah ada satu atau dua atau bahkan tiga pilihan saja, namun banyak, dan kebanyakan orang tak mengerti itu. Begitupun dengan cinta. Hubungan hidup dengan cinta bagaikan ikan hiu dan ikan nemo yang tak bisa dipisahkan. Mereka saling bergantung satu sama lain. Jika tak ada kehidupan, mungkin tak kan ada cinta.
Karena cinta itu hidup dan hidup itu adalah cinta
Bahagia? Jawabannya, "Ya, aku bahagia". Seberapa kebahagian yang kamu rasa? Jawabannya, "aku tidak tau dan aku tidak akan pernah tau".
Sengsara? Jawabannya, "Tidak, tentu tidak". Seberapa tahu kamu tidak sengsara? Jawabannya, "Entahlah, mungkin sampai kebahagiaan itu mulai lelah menghampiriku, atau mungkin aku yang lelah akan semua."
Aku bukan bimbang atas semua yang telah aku terima saat ini. Namun, aku masih bingung, "Kenapa harus aku? Kenapa bukan mereka? Apakah hanya aku yang merasakannya? Atau mereka juga sama denganku? Dimana aku bisa menemukan jawabannya? Haruskan aku berpura-pura pada dunia dan mengatakan "Ya, aku baik-baik saja" dengan merekah merona senyum di bibir ini?"
Aku butuh waktu, butuh jalan untuk keluar dari luang lingkup dekapan labirin ini. Labirin yang akan membuat ku mati bahagia atau mati sengsara. Labirin yang akan membuat hidupku menjadi bewarna atau hanya sebaliknya. Aku masih saja tak mengerti akan sifat perorangan itu. Entah hanya sikap baik namun palsu yang ia punya atau sebaliknya ada sifat yang masih mereka sembunyikan. Aku akan menjadi sangat tidak stabil atau menjadi gila jika berfikir terlalu keras seperti ini. Membicarakan orang itu tak ada habisnya. Hingga mulut berbusa pun hasrat ingin mencela, memaki, dan meliup-liup itu pasti akan tak bisa dikendalikan. Aku masih mencari-cari manusia yang masih menggunakan akal dan hatinya untuk berteman. Yah, aku masih mencari meski tak tau sampai kapan.
Aku hanya mencintai tiga orang pria dalam hidupku. Ayah ku. Pria yang selalu tak hentinya menjaga ku, menjaga ibuku, dan adikku. Yang bersusah payah membanting tulang untuk mencari sesuap nasi. Meski kesusahan itu harus aku tambah dengan semua tingkah ku yang teramat konyol. Jika aku bayangkan kembali beberapa tahun yang lalu, namun, lelaki tua itu tak pernah sedikitpun mengeluh. Pernah aku melihat airmata darinya. Aku begitu sakit. Aku begitu hina. Aku begitu lara. Rasanya tak pantas aku disebut seorang anak jika aku berbuat hal kotor namun konyol itu kembali. Aku dulu dan sekarang telah bereinkarnasi, berevolusi dan berubah menjadi sosok yang jauh lebih menghargai, bermakna, karena semua itu hanya dari ayah, demi ayah dan hanya untuk ayah.
Jodohku. Kelak, meski aku tak tau siapa, entah kapan bersua dan darimana. Rahasia Tuhan yang sampai saat ini para ilmuan atau petinggi negara bahkan dukun tetangga pun tak mampu menerka. Aku percaya, jika kebaikan pasti akan dibalas berupa kebaikan juga. Satu hal pegangan untuk masa depan, yaitu "iman". Maka persiapkan diri saat ini untuk bertemu dengan tamu kehormatan dimasa depan. Aku menunggu, menanti dan berharap dari semua kebaikan itu berupa hadiah yang baik untukku, keluargaku dan terutama Tuhan-ku. Anak laki-laki. Jika masa itu datang dan menjadi saat yang mendebarkan bagi setiap insan dibumi ini terutama bagi wanita. Jika tau kalau ia bisa mengandung dan melahirkan malaikat kecil yang tak berdosa ini. Sebuah anugrah yang tiada tara dan tandingannya. Semoga kelak aku juga bisa begitu. Mencintai sepenuh hati. Seperti aku yang merawat tubuh pinjaman dari Tuhan ini untuk roh ku. Aku pun demikian, merawatnya hingga titik darah penghabisan.
Aku akan merasa nyaman jika aku dicintai. Sakit yang ku rasa jika aku mencintai. Namun dicintai bukan berarti aku hanya menampung cinta itu sendiri. Aku berusaha membagi cinta itu untuk semua yang ada disisiku. Aku tak mau mengubris semua hal yang telah berlalu, karena aku tak mau menjadi manusia yang merugi dihadapan Tuhan ku. Aku mencoba mencintai dari apa yang aku dapat, aku raih dan apa yang ada disekelilingku. Aku akan mencintai pria yang benar-benar mencintaiku, tidak melihatku dari segi apapun, tidak melihatku dari wujudku, sifatku, namun akan jauh aku menghargainya jika ia mencintaiku dengan melihat kekosongan hatiku, hingga ia mampu mengisinya.
Waktu, berjalanlah..
Hingga tiba di sebuah persimpangan..
Dan buatlah dimana keadaan menjadi lelah..
Dengan angan-angan dan kenyataan..
Waktu, berhentilah..
Berhentilah sejenak..
Biarkan aku mengenangnya sebelum menguburnya dengan harapan yang pasrah..
Dan jadikan ia kenangan yang membekas abadi dalam hidup ku yang bersajak..
Waktu, bertahanlah..
Beri aku semangat dan ajaran untuk hidup dan mencinta..
Mencintai dia yang akan berlangsung dalam hidupku yang fitrah..
Memberi warna untuk semua dan bertahan hingga sampai saatnya..
Gee
Tidak ada komentar:
Posting Komentar