Minggu, 28 Oktober 2012

the last episode of "Ingatan Beku"

Langkah seribu kaki yang menginjak kelembutan tanah yang baru saja di basahi oleh cucuran hujan telah mewarnai hari terakhir Vigra untuk bersantai ria di kampung halamannya. Lama sudah sahabatnya menunggu di luar gedung bioskop. Seperti biasa, Voni pasti akan meluncurkan kalimat kecerewetannya, tapi jangan panggil namanya Vigra, kalau dia tidak bisa mengatasi kecerewetannya Voni. Yups, gadis yang memiliki style abstrak itu sudah menyediakan headset untuk menutupi kedua lobang telingannya, siapa tahu serangan Voni akan membabi buta. Sesampainya di tempat tujuan, gadis itu melambaikan tangan bergegas mendekati objek yg ada di depan matanya. "Lo liat ini jam berapa! Kita itu janjian jam 1 Ra! Untung aja gue udah sholat dirumah. Feeling gue selalu tepat soal keterlambatan elo!" Benar dugaan Vigra, kecerewetan Voni pun meruak kepermukaan. Dengan sigap Vigra mulai memasang headsetnya sambil memutar lagu pop kesukaannya. "Sorry, Poyem tersayang, angkotnya macet." Dengan senyum kelicikannya Vigra mulai meyakinkan Voni, namun sepertinya sia-sia. "Angkotnya yang macet apa elonya yang macet? Udah mending elo lepas tuh headset daripada gue balik pulang kerumah dan acara kita batal!" Dengan tangan terlipat didada, Voni membalas alasan kelicikan sahabatnya. "Iyolah ambo manyarah selah lai." (1) Wajahnya manyun, layak anak balita yang tidak dapat naik odong-odong.

"Perahu Kertas-nya mbak, dua ya!" "Mau duduk di tengah apa pinggiran?" "Ditengah aja mbak, biar lebih fokus nontonnya. Filmnya perdana tayang kan?" "Iya, hari ini perdana tayangnya. Ini tiketnya. Ada yang lain?" Oh, enggak mbak,, makasi ya." Percakapan singkat itu sepertinya sama sekali tidak diperdulikan oleh Vigra. Gadis itu asyik dengan sendirinya melihat orang yang lalu lalang dihadapannya, sambil membentuk jemarinya seperti sebuah bingkai foto. Dari kejauhan Voni berdecak lesu melihat tingkah sahabatnya itu. "Sama sekali gak berubah tu anak, perlu kali ya, gue cariin cowok, supaya sikap fantasinya itu bisa lenyap. Ntar deh, gue pilah-pilah dulu siapa yang pantes. Susah soalnya ngejinakin anak yang satu itu. Sejauh ini cuma Faiz yang bisa. Tapi tu cowok juga rusak, buat temen gue jadi trauma gitu." Gadis itu menjadi kesal sendiri setelah bergumam. "Ra, ini tiket lo, kita duduk di tengah ya." "Thanks Poyem ku. By the way, Kiki mana? Selama gue di Padang gak penah tuh anak nyamperin gue. Kangen juga gue. Tunggu! Jangan bilang lo ama Kiki putus lagi? Gak capek apa, kalian jalanin hubungan kaya gitu. Uhlala!" "Alay banget sih lo! Gak lucu kali Ra. Gue gak putus lagi. Enak aja, kita kan udah pada dewasa. Jadi cintanya juga dewasa dong. Hahaha.... Gini, si Kiki emang gak bisa ikut sekarang, tapi entar dia yg bakalan jeput kita. Nah habis itu, baru deh kita capcus main. Soalnya, besok kan lo udah mau balik. Sedih gue. Gak bisa apa seminggu lagi!" "Hello Poyem, Please deh jangan galau. Lo pikir bapak gue apa yang punya tuh kampus, hahaha. Gue disana cuma menuntut ilmu dan bakalan balik lagi ke sini. Secara, siapa juga yang bisa jauh dari lo. Disana gue rada canggung sih. Gak ada lagi yang bisa beresin hidup gue dikala gue kacau. kalau disini kan ada elo mamen,, hehe. Tapi akhir-akhir ini, gue punya temen satu kos, satu jurusan lagi ama gue. Namanya Gumi, anak Bandung. Baik banget anaknya, yah sifatnya beda-beda tipis gitu deh kaya lo. Jadi, gue bisalah lebih enteng. Kapan-kapan kalo elo ke Jakarta, gue kenalin yak." Senyum sumringah pun terpancar dari gadis yang selalu memakai pita biru dipergelangan tangannya itu. Seolah-olah meyakinkan sahabatnya untuk tidak mencemaskannya. "Gombalisme itu tolong ya, jangan di bawa-bawa. Kalau kaya gitu elo jadi beda-beda tipis ama Kiki. Udah enek gue dengernya. Lo jangan kege-eran Vigrong!! Disana itu elo sendirian. Kalau disini kan elo ada gue, bisa saling berbagi. Yaudah, syukur-syukur kali ya, temen baru lo itu bisa jagain lo. Gue kaya gini karena gue sayang sama elo Ra. Jangan galau ya disana." "Oh,,, my darling Poyem. Cup-cup-cup, cini peluk akyu. jangan nangis yak, hahaha." "Hahaha, kampret lo Ra. Udahan sedih-sedihnya. Filmnya mau mulai tuh. Yuk kita masuk." Perlahan namun pasti langkah kecil dari dua gadis belia itu memasuki ruangan bioskop, sendari ingin menonton film terbaru yang akan segera di putar. Lega dibuatnya perasaan Vigra, setelah penjelasan yang rumit namun dapat dimengerti oleh sahabatnya itu. Itulah sahabat, terkadang ia lebih mengerti kamu daripada diri kamu sendiri.

--------
bersambung



(1) = Iya deh, gue nyerah. (bahasa padang)




Gee

Jumat, 26 Oktober 2012

sambungan Ingatan Beku

Hari ini adalah hari minggu, minggu kedua tepatnya dan Vigra sadar betul kesempatannya untuk berleha-leha sudah diambang batas. Setelah kejadian beberapa hari kemarin, ia mulai tersadar akan ucapan voni. "Ingin rasanya perasaan ini mengalir apa adanya, namun ada sesuatu yang tersekat". fikirnya dalam hati. Dengan tangan terbentang dan bergaya pasrah diatas tempat tidur, Vigra mulai memejamkan mata. Tak terasa setetes air mulai mengalir di pipinya. Ia membuka mata, sembari mengahapus linangan air mata yang masih tersisa di kantung matanya yang cantik. 

"Faiz" seruan sebuah nama itu mulai keluar dari mulutnya. Dua tahun sudah ia mencoba mengubur bayangan lelaki itu, namun masih hampa. Lelaki yang selalu mengisi harinya ketika ia masih duduk di bangku sekolah menengah atas.Kenangan saat pergi dan pulang sekolah bersama, hang-out dan belajar bersama, hingga pergi ke pantai, tempat yang selalu ia kunjungi bersama kekasihnya itu. Hal yang tidak mudah untuk terhapuskan. Masih segar ingatannya ketika saat itu ia jadian dengan Faiz. Disaat itu hari terindah yang terlahir dua hari sebelum ulang tahunnya. Tersenyum ia mengingat kejadian itu. Bertapa lucunya ketika Faiz mulai menyatakan cintanya dan Vigra mengangguk menandakan "ya", dia menerima dengan sepenuh hati. "Aku mencintaimu apa adanya, jadilah yang pertama untukku, maaf karna belakangan ini aku dekat dengan beberapa wanita, itu karena aku ingin mencari siapa yang terbaik untukku, namun aku telah menemukannya. Yakinkanlah hatiku untuk berlabuh di hatimu". Kata-kata yang tak pernah bisa Vigra lupakan seumur hidupnya. Empat bulan perjalanan kisah kasih itu. Tragis ketika hubungan itu harus berakhir.Vigra masih belum bisa mengerti kenapa perpisahan itu terjadi. Bangkit ia dari rebahan nyaman itu dan mulai beranjak menuju kotak harta karun miliknya. Perlahan ia membuka kotak tersebut dan mengeluarkan satu persatu isi kotak tersebut. Beberapa foto, surat, dan sebuah gelang pemberian faiz untuknya mulai ia raba. Sebelum berhijrah ke Jakarta untuk menuntut ilmu, Vigra ingin membakar semua isi dari kotak harta karunnya itu. Namun sampai sekarang keinginan yang ada tapi keberanian berkata lain. Seperti ada bisikan di telinganya untuk tidak membuang barang-barang itu. 

"Kenapa aku selalu gagal untuk menghapusnya, untuk melalukan hal sekecil ini pun aku tak mampu. Faiz, aku masih mencintaimu, akan kah kau masih mencintaiku? Katakan padaku apa sebenarnya yang terjadi. Terlalu sesak di dada ini untuk memendamnya selama bertahun-bertahun". Bederailah air mata di pipinya. Sungguh, Vigra tak mampu lagi untuk membendung rasa sedihnya. Tangisan itu terus berlanjut, hingga rasa lelah itu tak bisa dikendalikan lagi. Pulas ia tertidur sambil memeluk foto kenangannya bersama Faiz dalam dekapan di dadanya.


--------------
bersambung

Gee

Kamis, 18 Oktober 2012

Hi Kancutmeongers....

Hmmmm.... Termakasih buat Allah SWT yang selalu membantu ku dalam mem-produseri cerita ini. Selalu diberikan kemudahan untuk berimajinasi lebih tinggi lagi dan terutama untuk membuat cerita-cerita berikutnya, Amin. Terimakasih buat para KancutMeongers yang udah mau baca dan mampir ke blog yang sederhana jeleknya ini. Beatapa indahnya jika Kancuteongers mau memberi sedikit komentar dari tulisan-tulisan yang saya buat ini. .....

Untuk sekarang, mohon maaf bgt bagi Kancutmeongers semua karna untuk minggu ini dan dua minggu kedepan belum bisa nge-post lanjutan cerita ini. Because, I must to study hard for my mid test on next week. Cemunguddhhhh :D..........

Dan ketika UTSnya selesai, barulah mulai untuk bertempur menyusun kata2 yang sedemikian rupa indah dan penuh makna, amin Insyaallah :D.......

satu lagi pemberithuannya. Logo KancutMeong bakalan ready :D, so, jika saya memposting tulisan2 insyaallah bakal di dampingi sama Logonya. Semoga aja bagus yak hasilnya...
Thank You,,, Muahhhhhh......



Gee

Senin, 15 Oktober 2012

sambungan "Ingatan Beku"

Syahdu belaian musik pop yang menggema di telinga Vigra sore itu. Di cafe kecil yang terletak di jantung kota Padang itulah tempat favoritnya yang selalu ia datangi."Gedubraakkkk" tiba-tiba terdengar layangan suara timpukan dua atau tiga buku yang mendarat langsung kearah bahunya. Sakit pasti, bagaikan serangan nuklir tentara Israel ke Palestina, sungguh ironi. "Woiiii apa-apaan sih! sakit woi!" menolehlah gadis berambut sebahu itu kebelakang dan mendapati seorang gadis seusianya bertubuh tinggi memakai jilbab berwarna merah tua, lengkap dengan kacamata yang telah berdiri dengan tangan dipinggang lagak ibu kos yang mengamuk meminta tagihan bulanan. "Jadi gini sikap seorang Vigrong yang pulang kekampung halaman dan gak ngasi berita apapun ke gue!" Celoteh gadis itu dengan tajam namun menusuk bagai sembiluh kalimat yang sedikit susah dicerna oleh otak normal. "Poyem???? apakabar, sorry-ngets gue gak ngasih tau elo,cius deh gak ada maksud apa-apa. Maksud gue mau ngasih kejutan buat elo". Vigra mencoba meyakinkan gadis yang telah sepuluh tahun lamanya menjadi sahabatnya itu. Seperti biasanya, Vigra tidak yakin alasan palsu itu akan berhasil, karna Voni, pasti tidak mudah tertipu. Nama yang bagus untuk sebuah nama pada era modren saat ini, namun itulah Vigra, yang sangat sudi sedia menukar nama seseorang menjadi panggilan keasyikan baginya, meski panggilan yang sedikit konyol. "Ra, kenapa sih lo menjauh dan seperti berubah setelah pindah ke Jakarta? Gue khawatir sama elo! Gue gak yakin sama misi lo itu. Mustahil banget rasanya kalau lo bisa. Sepuluh tahun gue kenal lo, itu bukan waktu yang cepet ra, gue tau lo itu gimana. Walaupun kita pisah kuliahnya bukan berarti kita juga musti pisah curcolnya. Ngerti gak sih lo sama omongan panjang lebar gue ini"? Berantai kalimat terucap dari mulut Voni. Membisu dibuatnya mulut Vigra. Sejenak ia sadar kalau kata-kata Voni itu benar. Munafik sekali rasanya kalau selama ini tujuannya kuliah di Jakarta adalah untuk melupakan Faiz, cinta pertamanya. Seketika pun ingatan Vigra kembali membeku. Ia diingatkan lagi dengan masalalu itu, masalalu yang lama dipendam, yang telah terpendam, dan yang telah lama terbenam dalam palung hatinya. "Permisi, ini jus jeruk pesanannya, maaf menunggu lama. ada pesanan lain?" Seketika, suara pelayan itu telah menyadarkan Vigra dari renungan bisu beberapa menit yang membuatnya seperti patung pahatan kayu yang tak bernyawa, sekaligus menambah kecurigaan Voni kepadanya. "Eh, ia mas terimakasih ya. Satu pesanan lagi buat temen saya, jus alpukatnya satu. Gak pake lama lagi loh mas!" Kembali dengan sigap Vigra mencairkan suasana yang terasa janggal itu. "ia, tadi kenapa Yem? gue rada error akhir-akhir ini, tau aja deh lu gimana perkuliahan gue disana. berat banget pelajaran Ekonominya. Elo apakabar ama Kiki? Langgeng sentosa kah? atau masih putus-nyambung kaya ekor cicak? Kuliah lo gimana"? Seperti mencoba memberi pembalasan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberi Voni untuknya tadi. Dengan tertawa terbahak dengan cirikhas miliknya, tidak mempan dengan sikap Voni yang terus menaikan alis matanya yang sebelah kanan, tanda tak yakin akan keseriusan pertanyaan Vigra untuknya. "Gue gak bakal jawab apapun pertnyaan basa-basi elo itu sebelum elo jawab pertanyaan gue!" Mulai serius ucapan gadis itu. Seperti anak kijang yang dikepung oleh singa. Akhirnya, Vigra mencoba menjelas sepatah dua patah kata, agar Voni mengerti tanpa ia harus memberi tahu apa yang sebenarnya yang terjadi. "Gue pengen move on Yem. Berat bagi gue untuk tetep kuliah disini. Bayangan dia selalu ada. Setelah gue fikir, pergi menjauh mungkin lebih baik, daripada gue terus sakit ngelihat dia." Serak suaranya seperti tertahan atau menahan sesuatu yang lama ada dalam dada. Berjuang Vigra untuk tidak menangis didepan sahabatnya itu. "Peres banget lo Grong! Apa musti pindah kalau lo kepengen move on? Enggak banget tau! Kalau lo pengen move on, lo coba cari penggantinya! Kenapa dia bisa sedangkan elo sendiri enggak. Mana Vigra dulu yang selalu ngasi semangat ke gue, saat gue galau karna Kiki? Gue rindu sama elo yang dulu, sama semangat elo yang dulu, sama bahakan lepas lo yang dulu. Gak kaya sekarang semua itu serba tertahan Ra, lo benar-benar berubah. Sehebat itukah laki-laki itu merubah dunia lo"? Semangat pembicaraan itu terdengar, hingga pelayan yang sedang mengantarkan pesanan kedua untuk Voni lama termenung bingung memperhatikan dua gadis itu berdebat sengit. Dan pelayan itu berlalu dengan tanda tanya yang sesekali meruak ke permukaan benaknya, sambil sesekali menoleh kebelakang melihat Vigra dan Voni yang saling terdiam.

----------
bersambung



Gee

Sabtu, 13 Oktober 2012

pergi, hilang dan kenangan

Tidak tau kata-kata ini dimulai dari mana, namun "aku kehilangan" . Sesuatu yang tak tau apa artinya, sesuatu yang tak yakin apakah ini berujung akan kebaikan dan keindahan, sesuatu yang hampa namun aku rindu, sesuatu yang membuat aku terjatuh untuk pertama kalinya, sesuatu yang membuat aku sekacau ini, sesuatu yang membuatku tersenyum sendiri dikala aku sendiri, sesuatu yang membuat aku menangis dalam kebahagian orang-orang disekelilingku, sesuatu yang menyadarkan aku kalau itu telah berlalu, sesuatu yang membuat aku gila hingga aku sendiri tidak paham akan diriku sendiri dan sesuatu yang telah membuat ku aku menjadi sosok yang jauh lebih tegar. aku lupa kapan terakhir kali aku tersenyum, kapan terakhir kali aku bahagia ketika hujan datang, kapan terakhir kali sebuah kehangatan itu menghangatkanku, kapan terakhir kalinya aku menangis karena sebuah rasa dan kapan terakhir kalinya aku begitu merasakan kalau cinta itu ada. aku lupa. benar-benar lupa. Apa yang harus aku lakukan dikala hujan itu datang? apa aku harus menangis atau bahagia? aku bahagia ketika melihat hujan, karna aku bisa mengenangnya. dan aku menangis ketika melihat hujan karna aku tidak bisa lagi melihatnya, menggenggam tangannya, tersenyum untuknya, mendengar suaranya dan melihat senyumannya. Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun aku mengakui kalau aku merindukannya. aku ingin melihatnya dan aku ingin mendengarnya. sekali saja. dari kejauhaan, itu cukup, sangat cukup untukku. untuk mengatakan kepada hati ini "aku lega" lega melihatnya dari kejauhan meski ia telah menggenggam tangan yang lain. bahagia ku bisa dimana-mana namun hatiku tak merasa. petikan hikmah luarbiasa yang kudapat. aku mencoba untuk tidak melihat kebelakang, untuk tidak menangis dikala riup sang pujangga malam datang, untuk tidak terluka melihat senyuman palsu ini dan untuk tidak terjatuh kelobang yang sama. kenangan itu membuat ku rapuh untuk mengenal cinta yang baru. begitu kuat pengaruhnya dalam hidup ku. namun, kenangan itu pula lah yang membuat aku tersadar, "kalau Tuhan masih menyayangiku".... sebuah cinta yang hampa namun membekas hingga saat ini. Untuk pertama kalinya aku mengatakan "dialah cintaku, cinta yang pergi, hilang dan menjadi kenangan"..... Gee

Jumat, 12 Oktober 2012

Ingatan Beku

Debu-debu memenuhi seluruh ruangan yang ia huni selama dua puluh tahun ini. Tempat itu tersusun rapi dan tak satupun barang bergeser ataupun berpindah tempat. Baginya, kamar berukuran lumayan besar itu adalah dunianya. Enam bulan sudah, ia tidak merasakan kenyamanan tempat itu. Rindu sekali rasanya ketika ia selalu membayangkan seisi dunianya itu. Liburan semester kali ini mengobati kerinduannya. Cuma diberi waktu tiga minggu untuk bersantai-santai di kampung halamnya di Padang, kota kelahirannya dan kota bersejarah baginya. Jadwal perkuliahan yang padat dan ruangan kos-kosan yang sempit membuatnya selalu ingin pulang. Liburan kali ini Vigra ingin mengemasi sedikit barang-barang miliknya yang akan ia bawa berhijrah ke Jakarta nanti, dimana disanalah tempat ia melanjutkan misi hidup untuk naik ke level aman. Kamar yang berwarna biru muda itu masih mempunyai bau yang sama saat ia kembali datang dan saat terakhir kali pergi dari dunianya itu. Disanalah tempat harta karun yang selama ini menyimpan semua benda-benda bersejarah dalam perjalanan hidupnya. Matanya bisa mengisyaratkan perasaannya ketika melihat benda yang ada disudut meja belajar yang ditemani oleh boneka beruang besar yang selalu tersenyum. Sebuah kotak kayu tua itu kembali mengingatkannya pada sebuah cerita yang hampa namun meninggalkan bekas yang dalam. Dan kemudian ia membuka kotak yang penuh dikelilingi oleh debu itu dengan hati-hati. Seketika ia tersadar oleh sebuah benda yang ada didalam kotak tua itu.Vigra terdiam sendari menatap sebuah foto yang kini telah berpindah tempat ke tangannya. Seketika ia berfikir dalam benaknya, kenapa foto ini masih ada? bukankah ia telah membuangnya dua tahun yang lalu? Ingatannya seperti membeku ketika melihat dua orang yang ada dalam foto tersebut. Pucat pasi wajahnya seketika kebekuan itu mencair bagaikan tersengat sinar mentari yang teramat pedih. Ya, seorang lelaki bertubuh tinggi tegap, berambut pendek dan mempunyai senyuman indah dengan sebuah tahilalat dibawah matanya. Tanpa sadar, setetes air telah membasahi foto itu. Airmatanya langsung mengalir kepermukaan dan tak terbendungkan lagi. Vigra menangisi senyumannya yang manis bersama pria itu, ketia rasa itu masih ada, ketika hati itu masih bersama dan ketika luka itu masih terbungkus cinta.
--------
bersambung....

Gee

Selasa, 09 Oktober 2012

Percaya

"Mimpi....
Mendengar kata-kata itu bagaikan angin yang berhembus tanpa arah. Mencari apapun itu, lama terpendam dan entah dimana letaknya aku pun tak tahu. Bagaikan ruangan hampa dari satu sisi ke sisi lain. Ketika mimipi itu datang apa yang harus aku lakukan? ketika aku ingin mewujudkannya semua lenyap seketika, bak mentari yang terik menyinari lalu digantikan oleh kekuatan sang dewa hujan. Lepas dari semua itu, aku terus berjalan, berjalan dan berjalan. Tertatih oleh kerikil tajam. Sakit oleh hempasan angin. Lirih oleh secerca debu kecil yang memasuki pelupuk mata ini.

Apapun itu, aku tak pernah paham, bahkan mungkin tidak akan pernah paham apa arti semua ini. apa yang aku jalani sungguh berbeda dari apa mau ku. Lara ku berkata, "apa ada seseorang diluar sana seperti diriku?" Nyaris saja, aku tidak bisa mengenali diriku. Aku yang sekarang dan dulu itu berbeda. Lihat orang disekelilingku menikmati dunianya dengan begitu santai, seolah-olah mereka paham akan diri masing-masing.

Entah kapan, siapa, dimana dan oleh sebab apa. Apa aku harus melupakan semuanya? Semua yang sudah aku persiapkan dan ku rajut sedemikian rupa indah wujudnya dan menjadi sebuah mimpi ku?
Ya, aku masih percaya masih ada sedikit debu itu." Giry

Gee

Kamis, 04 Oktober 2012

history never end

Pada kenyataanya dunia realistik ini memang kejam! tak sekali pun mengizinkan untuk saling mengasihi satu sama lain. dikala cinta ada, namun yang lain tak berpihak. akan terasa indah jika berkhayal. semua terasa ringan. namun itu semua semu, tak berujung dan tak kan pernah nyata. kalau selama ini aku terlalu menutup diri jawabannya "ya". bagiku masalalu itu hanyalah onggokan cerita tak betuan, tak seorangpun yang menjadi penulisannya. hanya seperti kabar angin, di dengar kemudian disimpan dalam kotak harta karun lalu di benamkan dalam samudra yang paling dalam, bahkan lebih dalam dari palung laut. karena cerita itu cukup sampai disana. dan aku akan sangat menghargai cerita baru yang aku sendiri tak tau itu. entah indah ataupun sakit. namun tidak dengan pemain lama. untuk apa ada pemain baru yang jauh lebih baik. meski aku tak tau siapa dia. :)

Hari ini, aku di ingatkan lagi kepadanya. dia yang terkubur dalam dalam di hati ini. kata-kata yang sedikit sakit. namun tak lagi berbekas. yang lama ku pendam sendiri. sedikit canggung, namun itu hanya sesaat. tidak terasa apapun selain bekas luka yang indah. mengorbankan mimpi demi sesuatu hal yang membuat seseorang bahagia itu tidak bisa di nilai dari apapun. namun hati berkecamuk. aku berfikir, menulis, mendengar, melihat, bercerita dan melakukan semuanya sesuai dengan apa yang mengalir. namun satu hal yang tidak jelas aku ketahui, apa itu arti sebuah "keikhlasan". arti sebuah kesanggupan sedangkan aku sendiri tidak sanggup untuk memikulnya

Ketika dihadapkan antara banyak pilihan, pastinya akan memilih pilihan yang terbaik diantara pilihan-pilihan yang ada. namun tidak semua pilihan yang dipilih itu yang terbaik. terkadang salah dalam mengambil sebuah keputusan. aku diingatkan oleh beberapa cerita lama. ketika seseorang telah memilih cinta dari sekian lama menanam rasa, namun semua sirna hanya dalam sekian menit bahkan detik. dengan sebuah pertemuan telah merubahnya. segalanya. namun itu adanya. berat, pasti. jikalau pertemuan selalu dikaitkan dengan perpisahan. sendirinya kutersadar apa maksud semua itu. sampaipun aku lupa ingatan hingga membuat aku tak ingat akan apapun, kenangan apapun. sedikit dari kenangan itu pun aku tak lagi ingat. namun, aku yakin masih ada satu tempat untuknya. apa maksudnya? akan kah ku harus merangkai kata-kata gila untuk dia tau dan merasa? tidak perlu! terasa sangat sia-sia hidup. ketika fikiran ini tak mampu untuk berfikir maka itulah jawabannya.


Gee

Rabu, 03 Oktober 2012

begin

cerita ini berawal dari sebuah keanehan dan dan ketidak tahuan tentang sebuah "cinta"